Sabtu, 29 Desember 2012

Jamu Cekok (kerkop)

Masyarakat Jawa ketika mendengar kata jamu pasti tidak asing lagi bagi mereka, karena jamu sudah dikenal sejak dahulu ketika digunakan sebagai tombo (obat herbal). Jamu Kerkop merupakan salah satu tempat di Jogja yang menyediakan hampir semua jenis ramuan jamu. Jamu Cekok ini terletak di Jl. Brigjen Katamso No. 132 Kampung Dipowinata, Jogjakarta (Telp. 0274 – 418454) berdekatan dengan kerkop (kerkoff ”kuburan orang Belanda”) yang kini menjadi komplek Purawisata, Jogjakarta. Nah dari nama kuburan orang belanda itulah kebanyakan orang menamai “Jamu Kerkop”. Hampir semua masyarakat Jogja mengenal jamu ini. Jamu Kerkop merupakan salah satu legenda hidup masyarakat Jogja, masa kecil warga Jogja dulu pasti pernah merasakan pekatnya jamu cekok Kerkop. Awal mula cerita jamu cekok adalah ketika ada balita yang susah makan, meriang, masuk angin dan rewel pasti digendong orang tuanya ke Jamu Kerkop untuk dicekoki (dipaksa minum jamu) nama cekok itu berasal dari bahasa jawa. Selain Jamu Kerkop, warung ini juga menyediakan jamu untuk orang dewasa.
Jamu Kerkop ini sudah mulai melayani pelanggannya sejak pukul 6 pagi hingga malam hari. Biasanya jamu kerkop ini mulai ramai sejak pagi hingga siang hari, dan akan kembali ramai pukul 5 sore hingga setengah 8 malam kasibukan mulai mereda. Kebanyakan para pelanggannya adalah balita yang kurang nafsu makan maupun yang sedang mengalami sakit. Legenda Jamu Kerkop berakar pada kemasyhuran menyembuhkan penyakit balita. Jamu Kerkop pada masa lalu tak ubahnya dokter spesialis anak di masa kini. Istilah dicekoki menjadi masyhur sebagai ungkapan yang gemar memaksakan selera, konon istilah tersebut berasal dari tradisi penyembuhan balita di Jamu Kerkop. Wafda Ahmad/ Oleh-oleh & jajanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar